Kamis, 10 Januari 2013

Dasar-dasar Penelitian Pendidikan



PENGERTIAN METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan
Pengampu: Prof. Dr. A. Ngalim

Oleh:
 Oktalifa Hanna Maulina      A310 100 066
Fitri Kartikasari                    A310 100 068
Puspasari Nur Hidayah        A310 100 081

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
 



PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut Ary (dalam Margono, 2004:20) penelitian pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu masih termasuk muda. Usianya masih kurang dari 100 tahun. Pada akhir abad ke- 19 ilmu pendidikan mulai menggunakan metodologi ilmu. Keterlambatan munculnya pendidikan sebagai ilmu disebabkan oleh lambatnya kemajuan pengembangan alat-alat pengamatan dan pengukuran, serta oleh peliknya gejala yang diselidiki.
Penelitian memiliki tujuan. Maksudnya, kegiatan penelitian tidak dapat lepas dari kerangka tujuan pemecahan permasalahan. Walaupun penelitian tidak memberikan jawaban langsung terhadap permasalahan yang diteliti akan tetapi hasilnya harus mempunyai kontribusi dalam upaya pemecahan permasalahan.
Hasil penelitian harus memberikan penjelasan akan fenomena yang menjadi pertanyaan penelitian dan harus dapat melandasi keputusan serta tindakan pemecahan permasalahan. Oleh karena itu, penelitian memiliki tujuan yang lebih luas daripada sekedar melihat hubungan yang terjadi di antara variable atau gejala yang diteliti. Penelitian pun memiliki tujuan yang lebih dalam daripada sekedar memperlihatakan perbedaan yang ada di antara kelompok-kelompok subjek yang terlibat sebagai sampel.
Penelitian harus dilakukan secara sistematik. Artinya, langkah-langkah yang ditempuh sejak dari persiapan, pelaksanaan, sampai kepada penyelesaian laporan penelitian harus terencana secara baik dan mengikuti metodologi yang benar.
Penelitian dilaksanakan secara terkendali. Maksudnya, dalam batas-batas tertentu peneliti harus dapat menentukan fenomena-fenomena yang akan diamatinya dan memisahkannya dari fenomena lain yang mengganggu.
Penelitian harus dilakukan secara objektif. Maksudnya, bahwa semua pengamatan, telaah yang dilakukan, dan kesimpulan yang diambil oleh peneliti tidak boleh didasari oleh subjektivitas pandangan pribadi dan pengaruh kepentingan pihak lain.
Penelitian harus tahan uji. Maksudnya, penyimpulan penelitian harus merupakan hasil dari telaah yang didasari oleh teori yang solid dan metode yang bernar sehingga siapa pun yang akan melakukan replikasi penelitian termaksud tentu akan sampai pada kesimpulan yang serupa (Azwar, 2010:2-5).
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan (solusi) langsung bagi permasalahan yang dihadapi karena penelitian merupakan bagian saja dai usaha pemecahan masalah yang lebih besar. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap  permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari metode, penelitian, dan pendidikan?
2.      Bagaimana pengertian yang dihasilkan dari penggabungan arti metode, penelitian, dan pendidikan?
C.    Tujuan
1.      Memaparkan pengertian tentang metode, penelitian, dan pendidikan.
2.      Mendeskripsikan pengertian dari metode penelitian pendidikan, yang merupakan kesimpulan dari penggabungan arti metode, penelitian, dan pendidikan.


PEMBAHASAN

A.    Metode
Metode berasal dari Bahasa Inggris yaitu method yang berarti cara, teknik atau instrumen. Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian (Mardalis, 2006: 24). Metode juga merupakan cara yang dilakukan dalam suatu kegiatan untuk memecahkan suatu permasalahan. Sebuah penelitian tentu harus mempunyai metode. Metode tersebut mencakup dan behubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan.

B.     Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Ahli lain mengatakan research sebagai riset. Riset itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti ”kembali” dan to search yang berarti “mencari”. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research atau reset  adalah ”mencari kembali. Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatau penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian mengenai penelitian, diantaranya:
1.      Menurut ilmuan Hillway dalam Nazir (1988:13), penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap  masalah tersebut. 
2.      Whitney (dalam Nazir 1988:13), menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.
3.      Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan (Azwar, 2010: 1).
4.      Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah (Margono, 2000: 18).
5.      Penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian merupakan metode yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka pemecahan suatu masalah dan untuk memperoleh kebenarannya harus dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang tidak dapat ditentukan.
Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap  permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

C.    Pendidikan
Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi pergaulan (pendidikan, pengajaran, latihan, serta bimbingan). Dalam pergaulan antara peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkan terutama segi-segi afektif: nilai-nilai, sikap, minat, motovasi, disiplin diri, kebiasaan, dan lain-lain (Sukmadinata, 2011:24-25).

D.    Metode Penelitian Pendidikan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian metode penelitian pendidikan, yaitu cara ilmiah yang digunakan dalam pemecahan suatu permasalahan melalui tahapan-tahapan proses ilmiah untuk kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik dalam bidang pendidikan.



SIMPULAN

Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Metode penelitian pendidikan merupakan cara atau metode yang dilakukan dalam suatu kegiatan mencari kebenaran suatu masalah kependidikan guna menumbuhkan dan meningkatkan jiwa taqwa, cerdas, terampil, dan tanggung jawab bagi masyarakat, nusa dan bangsa.
Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah.
Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardalis. 2006. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rodaskarya.

Sastra "Horizon"



SASTRA PERIODE HORISON

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Sastra
Doden Pengampu: Drs. Adyana Sunanda





Disusun Oleh:

Sugeng Saputro                     (A310100067)
Fitri Kartikasari                     (A310100068)
Puspasaril Nur Hidayah         (A310100081)
Sigit Puriyanto                       (A310100088)
Ria Widyawati                       (A310100096)


PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
I.          PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Sastra merupakan tulisan yang indah (Fananie, 2002: 4). Jenis sastra dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa ssstem sastra yang ada bukanlah merupakan satu sistem yang baku, merupakan suatu sistem yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan budaya (Fananie, 2002: 7).
Berbicara mengenai sastra Indonesia tentu tidak terlepas dari banyaknnya angkatan yang sudah berkembang dari dulu hingga sekarang. Angkatan-angkatan sastra tidak berkembang dengan sendirinya, melainkan mengikuti perkembanga zaman dan dipengaaruhi oleh berbagai hal. Setiap angkatan sastra memilik cirri yang berbeda.
Secara garis besar, kesusastraan Indonesia terdapat beberapa angkatan yaitu angkat Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan 45, Horison/Orde Baru, Angkatan 80, Reformasi, dan angkatan Pasca Reformasi. Setiap angkatan memiliki perbedaan mendasar yang melandasi lahirnya setiap angkatan. Seperti angkatan Balai Pustaka, yang memiliki ciri romantis sentimental dan bahasa dalam sastra angkatan ini masih dipengaruhi oleh bahasa Minangkabau, sedangkan angkatan Pujangga Baru memiliki ciri romantik dan berbahasa Indonesia. Begitu pula dengan angkatan orde baru/ periode horion, yang memiliki cirri berbeda dengan sastra angkatan lain. Secara khusus, dalam makalah ini akan dibahas mengenai sastra angkatan Orde Baru/periode Horison (Narie, 2010).

II.       MATERI
2.1.    Pembahasan Periode Horison
Lahirnya angkatan ‘66 ini didahului adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan ulah teror politik yang dilakukan PKI dan ormas-ormas yang bernaung dibawahnya. Angkatan ’66 mempunyai cita-cita ingin adanya pemurnian pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide-ide yang terkandung di dalam Manifest Kebudayaan. Tumbuhnya angaktan ‘66 sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura (Narie, 2010).
Secara politis angkatan orde baru/horison terlahir dari pergolakan politik dalam masyarakat. Kelahiran angkatan ini adalah suatu peristiwa politik dan pertama kali diperkenalkan oleh H.B. Jassin dalam karyanya yang bertajuk “Angkatan 66: Bangkitnya Satu Generasi” dalam majalah Horison. Meskipun demikian, dalam bidang kesusastraan angkatan ini memiliki ukuran nilai yaitu nilai kesusastraan, yang berarti sastra angkatan orde baru/horison ini anti tirani, ingin menegakkan keadilan dan kebenaran yang dituangkan dalam bentuk sastra (puisi, prosa, dan drama).
Lahirnya sastra horizon dilatarbelakangi oleh adanya LEKRA yaitu Lembaga Kebudayaan Rakyat. LEKRA beranggotakan Seniman Indonesia Muda dan Pelukis Rakyat. LEKRA didirikan pada tahun 1950. LEKRA mempunyai cabang disemua ibu kota provinsi dan terutama di Yogyakarta yang dipimpin oleh Suromo kemudian digantikan oleh Sudjojono. LEKRA mendapat bantuan keuangan dan materi dari Partai Komunis, Partai itu juga menyelenggarakan berbagi program untuk semua cabang seni: seni sastra, seni teater, seni lukis dan seni tari. Program tersebut bertujuan untuk mengembangkan diri hingga keluar negeri. Pada tahun 1951 Sudjojono berkunjung ke Berlin Timur sebagai delegasi Seniman Indonesia. Setelah kunjungannya itu Seniman Indonesia Muda tidak memperoleh dukungan yang menyeluruh, kemudian muncul konflik-konflik dan perselisihan hingga berakhirlah anggota sanggar tersebut dan terbentuklah organisasi baru “Pelukis Indonesia” yang dipimpin oleh Sumitro, kemudian Solihin yang didukung oleh Kusnadi, Bagong Kussudiardjo, Gambiranom serta Nasjah Djamin. Dua tahun kemudian dipimpin oleh Widayat bersama ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dengan PIM (Pelukis Indonesia Muda).
Tahun 1955 Kusnadi menjadi pemimpin Pelukis Indonesia, ia memangku jabatan Kepala Kantor Seni Departemen Kebudayaan Yogyakarta. Jabatan itu tidak menghalanginya untuk bekerjasama dengan LEKRA, terutama untuk melaksanakan berbagai proyek pemerintah. ASRI dan PIM bekerjasama dan terbukti dinamis dari bangunan rumah di tengah sawah  yang dibangun oleh kedua belah pihak yang terkait dan perkumpulan diantara ASRI dan PIM tersebut dibubarkan pada tahun 1960, tapi pada waktu yang hampir bersamaan 01 April 1959 perkumpulan lain muncul dengan nama Sanggar Bambu, yang dipimpin oleh Sunarto P.R.
2.2.    Semangat
Sastrawan angkatan orde baru/horison ini, ingin menegakkan keadilan dan kebenaran yang dituang dalam bentuk kesusastraan. Dalam karyanya Taufik Ismail lebih mengarah pada tema sosial politik. Ia adalah pelopor puisi-puisi demonstrasi. Sedangkan Goenawan Mohammad, karyanya bersifat romantik.
2.3.    Ciri-ciri Periode Horison (karakteristik)
Pada masa ini lebih didominasi oleh karya-karya yang beralihan realisme sosial kanan. Termasuk di dalamnya puisi-puisi demonstrasi Taufik Ismail, Mansur Samin, dll. Pada masa ini karya sastra yang lebih dikenal adalah puisi, terutama puisi-puisi demonstrasi atau protes social (Narie, 2010).
a. Ciri-ciri Puisi
- Struktur Fisik
- Berbentuk balada
- Menggunakan gaya repetisi
- Menggunakan gaya slogan dan retorik
- Bercorak kedaerahan
- Masalah sosial, kemiskinan, pengangguran, demonstrasi
- Keagamaan
b. Ciri-ciri Prosa dan Drama
1. Struktur Fisik
Karya prosa fiksi dan drama tahun 60-an masih menunjukkan struktur fisik konvensional. Seperti dikatakan oleh Sumarjo “ Kaidah mimesis dalam sastra masih dipatuhi dalam penulisan sastra drama tahun 1950-an dan 60-an di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi perubahan dalam hal penokohan, alur, dan latar ceritanya. Bahkan berdasarkan catatan Sumarjo “ Dari 55 drama yang ada sebanyak 45 drama memasang tokoh yang jelas sekali nama, usia, watak, dan latar belakang sosiologisnya.
2. Struktur Tematik
- Perjuangan ( Berlatar revolusi )
- Kehidupan pelacur
- Sosial
- Kejiwaan
- Keagamaan
2.4.    Pengarang dan Karya yang dihasilkan
Pengarang yang telah membawa angkatan orde baru/horison ini mencapai puncaknya, di antaranya:
1.        Taufik Ismail
Taufiq Ismail adalah pelopor puisi-puisi demonstrasi. Taufiq Ismail menjadi ciri bagi apa yang disebut angkatan 66 oleh H.B. Jassin. Puisinya adalah protes sosial menentang tirani dan rezim seratus menteri.
Taufiq Ismail dilahirkan di Bukit tinggi pada tanggal 25 juni 1937. Ia menamatkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia (sekarang IPB) di Bogor. Pernah menjadi ketua Federasi Teater Bogor, anggota Dewan Kesenian Jakarta (1968) dan ketua lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sejak 1973).
Puisi-puisinya kebanyakan bersifat naratif dan prosais. Selain itu, puisi taufik Ismail disebut puisi yang menandakan suatu kebangkitan angkatan ini Puisi-puisi demonstrasi kebanyakan sangat prosais dan diafan. Tirani (1966), Bentneg (1966), Puisi-puisi Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin dan langit (1971), Buku Tamu Musium Pejuangan (1969), dan sajak-sajak Ladang Jagung (1973). Tirani dan Benteng adalah kumpulan puisi demonstrasi. ( Waluyo, 1987: 264 )
2.        Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad lahir di Barang pada 29 Juli 1942. Pernah kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tahun 1973 Goenawan Mohamad mengikuti festival penyair Internasional di Rotterdam. Ia adalah seorang penandatangan Manifest Kebudayaan ( 1963 ). Pada tahun 1972, Goenawan Mohamad mendapatkan Anugrah Seni ( Waluyo, 1987 : 2616 ).
Karya-karyanya berupa sajak telah dibukukan dengan judul “Paritkesit” (1971) dan “Interlude” (1973). Sedangkan kumpulan esainya berjudul Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malinkundang (1972), Sex Sastra Kita (1981), Catatan Pinggir 2 (1989).Selain karirnya di bidang kewartawanan, redaktur, dan penulis, ia juga pernah menjadi anggota MPR (1987). Disini disajikan sebuah puisi karyanya, yang berjudul “Dongeng Sebelum Tidur” yang dipetik dari Interlude.
3.        Mansur Samin
Dapat dikategorikan sebagai penyair demonstrasi karena ada sebagian puisi-puisinya yang merupakan puisi demonstrasi kumpulan sejak demonstrasinya berjudul Perlawanan. Karya-karya lainnya adalah Tanah Air (kumpulan sajak, 1969), “ Kebinasaan Negeri Senja “ (drama, 1968) dan beberapa buku kumpulan puisi yang akan terbit. (Waluyo, 1987: 269)
4.        Hartojo Andangdjaja
Lahir di Solo pada tanggal 4 Juli 1930. Kumpulan sajaknya berjudul : Simponi Puisi (kumpulan sajak, D.S. Moeljanto, 1954) dan buku puisi (1973). Meskipun ia tidak menulis puisi demonstrasi, namun karena periode kepenyairannya sejaman dengan Taufiq Ismail, maka diklasifikasikan dalam periode 1966-1970-an. (Waluyo, 1987 :271)
5.        Piek Ardijanto Suprijadi
Penyair ini lahir di Magetan Jawa pada tanggal 12 Agustus 1929. Sajaknya memperoleh hadiah dari majalah sastra tahun 1962, dan sajak-sajaknya dimuat di Majalah Indonesia, Sastra Horizon dan juga dibuku Angkatan 66 H.B Jassin (1968). Kumpulan puisinya berjudul Burung-Burung di Ladang. (Waluyo, 1987 : 273)
6.        Sutardji Calzoum Bachri
Karya yang di hasilkan adalah Amuk dan Kapak
7.        Abdul Hadi WM
Karya yang dihasilkan adalah Laut Belum Pasang – (kumpulan puisi), Meditasi – (kumpulan puisi), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur – (kumpulan puisi), Tergantung Pada Angin – (kumpulan puisi), dan Anak Laut Anak Angin – (kumpulan puisi).
8.        Sapardi Djoko Damono
Karya yang di hasilkan adalah Dukamu Abadi – (kumpulan puisi),  Mata Pisau dan Akuarium – (kumpulan puisi), Perahu Kertas – (kumpulan puisi), Sihir Hujan – (kumpulan puisi), Hujan Bulan Juni – (kumpulan puisi), Arloji – (kumpulan puisi), dan Ayat-ayat Api – (kumpulan puisi)
9.        Asmaradana
Karya yang di hasilkan adalah Misalkan Kita di Sarajevo
10.    Umar Kayam
Karya yang di hasilkan adalah Seribu Kunang-kunang di Manhattan, Sri Sumarah dan Bawuk – (kumpulan cerita pendek), Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek), Pada Suatu Saat di Bandar Sangging, Kelir Tanpa Batas, Para Priyayi, dan Jalan Menikung.
11.    Danarto
Karya yang di hasilkan adalah Godlob, Adam Makrifat, Berhala
12.    Putu Wijaya
Karya yang di hasilkan adalah Telegram, Stasiun, Pabrik Gres – Putu Wijaya, Bom, Aduh – (drama), Edan – (drama), dan Dag Dig Dug – (drama)
13.    Iwan Simatupang
Karya yang di hasilkan adalah Ziarah, Kering, Merahnya Merah, Koong, RT Nol / RW Nol – (drama), dan Tegak Lurus Dengan Langit.
14.    Arifin C. Noer
Karya yang di hasilkan adalah Tengul – (drama), Sumur Tanpa Dasar – (drama), dan Kapai Kapai – (drama)
15.    Djamil Suherman
Karya yang di hasilkan adalah Sarip Tambak-Oso, Umi Kulsum – (kumpulan cerita pendek), Perjalanan ke Akhirat, dan Sakerah

III.    SIMPULAN
Sastra angkatan orde baru/horison ini terlahir dari pergolakan politik dalam masyarakat dan lebih bersifat sosial. Hal ini di tandai dengan munculnya karya satra dari beberapa sastrawan yang mengangkat tema politik dan demonstrasi. Para sastrawan pendukung periode ini, melahirkan karya sastra yang berupa puisi, prosa, dan drama, yang di dalamnya mengungkap permasalahan/unsur-unsur.
Dalam angkatan Horizon semangat yang sangat menonjol adalah semangat avant-garde. Banyak karya sastra yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Dalam angkatan Horison juga ditandai dengan banyaknya roman percintaan. Pada era ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.

DAFTAR PUSTAKA

Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Narie, Ramlan. 2010. “Perbandingan Sastra” (http://ramlannarie.wordpress.com/2010/06/09/perbandingan-sastra.htm, diakses tanggal 24 Mei 2011).
Riris. 2010. “Sastra Ringkasan Ciri-ciri Karya sastra Tiap Angkatan”  (http://danririsbastind.wordpress.com/2010/03/10/sastra-ringkasan-ciri-ciri-karya-sastra-tiap-angkatan/, diakses  tanggal 24 Mei 2010).
Sumargono, Farida. 2004. Sastrawan Malioboro. Mataram: Gunung Agung 1 Lengge.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Sastra. Jakarta: Erlangga.